Pakar TI: Kurban Digital Adalah Wujud Iduladha Zaman Sekarang

pengorbanan sejati justru semakin relevan ketika ditarik ke dalam konteks kehidupan modern yang lekat dengan teknologi.

Editor: sulvi sofiana
SURYA/SULVI SOFIANA
Supangat, Ph.D., Wakil Ketua 3 Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (Aptikom) Jawa Timur 

SURYAWIKI.COM, Surabaya - Iduladha selama ini identik dengan penyembelihan hewan sebagai simbol ketaatan dan pengorbanan. 

Namun di era digital, makna kurban tak lagi terbatas pada bentuk fisik. 

Menurut Supangat, Ph.D., Wakil Ketua 3 Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (Aptikom) Jawa Timur, pengorbanan sejati justru semakin relevan ketika ditarik ke dalam konteks kehidupan modern yang lekat dengan teknologi.

“Esensi kurban adalah rela melepaskan sesuatu yang disukai demi hal yang lebih besar dan lebih baik,” ujarnya. 

Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, hal-hal seperti waktu, perhatian, dan kenyamanan menjadi aset yang tak kalah bernilai untuk dikorbankan demi relasi yang lebih bermakna dan etika yang terjaga.

Ia menyoroti bagaimana kehadiran teknologi membawa tantangan baru.

Waktu yang habis di depan layar, notifikasi tanpa henti, hingga kecanduan multitasking bisa merusak kualitas hubungan sosial. 

Dalam kondisi seperti itu, membatasi media sosial, mengelola distraksi digital, dan meluangkan waktu untuk hadir secara utuh di tengah keluarga atau kolega menjadi bentuk kurban yang nyata.

Di dunia kerja, terutama dalam pengelolaan sistem informasi, kurban mengambil bentuk keputusan sulit demi menjaga integritas. 

“Menolak jalan pintas demi keamanan sistem dan melindungi kerahasiaan data adalah bentuk pengorbanan yang tidak selalu terlihat, tapi sangat penting untuk jangka panjang,” tegas Supangat.

Lebih jauh, ia menekankan pentingnya membangun teknologi yang berpihak pada manusia. 

“Teknologi tidak netral. Di balik setiap sistem, ada keputusan yang bisa mempersempit atau memperluas kesenjangan,” ujarnya. 

Dalam konteks ini, memilih untuk tidak mengejar inovasi eksklusif, dan sebaliknya, membangun sistem yang inklusif dan adil juga merupakan bentuk kurban.

Momentum Iduladha, menurutnya, layak digunakan untuk refleksi lebih dalam. Apa yang layak dikorbankan demi kebaikan yang lebih besar. Apakah waktu, kenyamanan, atau bahkan peluang yang tampak menguntungkan secara instan, tetapi mengandung risiko etika jangka panjang.

Kurban digital dikatakannya bukan tentang menggantikan ibadah, tetapi memperluas maknanya. 

Ia mengajak masyarakat untuk menyadari bahwa pengorbanan bisa terjadi di ruang virtual, melalui pilihan sadar yang menjunjung nilai, etika, dan kepentingan bersama.

 

 

Sumber: Surya
Ikuti kami di
2806 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved